Contoh Cerita Pendek berjudul "Pilihan Hidup"

Dengan langkah lelah,ku lempar semua perlengkapan sekolahku. Ku lirik jam biru kesayanganku. Lima menit lagi jarum pendek menunjukan jam delapan malam. Untung saja dua shalat wajib telah ku laksanakan sebelum pulang. Sekarang ku biarkan diriku dibasahi oleh tetesan-tetesan air bening. Tak butuh waktu lama aku melakukannya. Lima menit kurasa cukup. Kini, kurasakan kesegaran mulai menjalari tubuhku. Ku biarkan tubuhku berbaring sambil menatap langi-langit kamar yang tak terurus lagi olehku. Tiba-tiba saja air mataku mengalir. Aku tak mengerti. Ta i ku biarkan semuanya terjadi, aku tak sanggup lagi untuk membendung air mata ini. "Tiwi, makan bareng yuk?" Tawar mama padaku."tiwi, dah makan kok ma,"jwabku agak kasar. Tapi batinku segera berontak, kapan aku makan? Aku berbohong pada mama. Tidak, kenapa aku seperti ini? Suara mama sudah bergabung dengan anggota keluargaku yang lain. Keharmonisan tergambar dari suara mereka. Kini kesepian kembali menaniku. Tiba-tiba mataku melirik sebuah buku biru yang terletak tak jauh dariku. Itu dia sahabat setiaku,tempat semua curahan isi hatiku. Yang tak pernah bosan sedikitpun untuk menyimak kisah-kisah hidupku, ku gerakan tubuhku untuk meraih buku itu. Ku kumpulkan tenaga untuk membuka buku biru itu. Kubalik setiap halaman yang telah penuh dengan goresan bolpoin. Ku hentikan pencarianku pada satu halaman yang masih bersih. Ku ambil sebuah bolpoin dari dalam ranselku. Tapi, apa yang akan ku tulis,? Tiba-tiba keraguan singgah di hatiku. Cukup lama aku terdiam. Kini, ku biarkan tanganku bergerak bebas. Dan dapat ku lihat dua kata terukir indah pada bagian buku itu. Ku baca kata-kata itu dengan penuh perasaan. "Dear diary," ucapku pelan dengan sedikit tersenyum.
Kembali aku terdiam. Bibirku yang tadinya sedikit tersenyum kbali mengantup. Kurasakan mataku mulai berkunang. Baru ku sadari malam minggu kembali menyapaku. Oh tuhan, aku benci malam ini. Tapi tak bisa ku pungkiri, aku begitu merindukan malam ini. Malam yang telah menggoreskan suka dan duka di hatiku. Segera kutulis 2 Oktober 2010. Empat minggu sudah berlalu tanpa kasihnya. Dengan air mata yang masih mengalir, memoryku kembali memutar kejadian empat minggu yang lalu. Di malam yang sama dan pada jam yang sama. Saat itulah matahariku pergi meninggalkan ku. Untuk yang kesekian kalinya, aku terdiam dalam sepi. Tiba-tiba deringan handphone mengubah keadaan. Segera aku berjalan ke arah benda merah yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupku. Tertulis nama indah di layar handphoneku. Ku angkat telpon dari si penghancur kebahagiaanku dengan hati bertabur dendam."Hai Tiw," sapanya riang tanpa dosa. Tapi, haram bagiku untuk menyahut perkataanya. Ku biarkan suara setan itu berceloteh riang di telingaku."Aku tau mungkin kamu masih marah padaku. Tapi aku tulus mau minta maaf. Please Tiw, kumohon maafin aku ya. Semoga kamu  dengar ketulusanku. Night Tiw." "Persetan dengan maafmu. Dasar iblis. Biadab kau. Kau pikir kau bisa mengembalikan fahmi,? Dasar cewek munafik. Kau rebut kebahagiaanku " makiku pelan setelah telpon ku tutup. Diluar sana hujan turun dengan deras. Persis sekali dengan kejadian itu. Teng tong. Jarum pendek beranjak ke angka sepuluh. Ya. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengenang semuanya. ***** pagi itu, 2 september 2010. Setiap siswa di sekolagku sibuk dengan buku masing-masing. Wajar saja bagi siswa kelas tiga SMP seoertiku, sering berhadapan dengan berbagai bentuk ujian. Hari ini aku harus berhadapan dengan setumpuk soal Bahasa Inggris. Tak sulit bagiku untuk menyelesaikannya. Kurasa sepuluh atau lima belas menit semua soal akan terjawab. Akan tetapi keyakinanku kandas saat setan berubah malaikat mengabarkan sesuatu padaku. "Ceria amat Tiw." Sapa indah
Pagi itu padaku. "Baru senang ja kok " balasku sambil tersenyum. "Aku yakin pasti karna Fahmi." "Yo i siapa lagi kalo bukan dia." "Howhowhow. Tapi hati-hati lho neng! Bisa jadi dia cuma manfaatin kamu," "maksudnya,?" Tanyaku penuh kecurigaan "Duch........Kok gak ngerti juga sih,? Gini lho Tiwi sayang, Ehm... gimana ya,?" "Apa?ayo cerita!" desakku. "Janjiya jangan marah." "Janji," ucapku dengan mantap. "Kamu pernah gak malam mingguan berdua sama fahmi,?" "Pernah, tapi bareng temen-temen emang kenapa,?" "Fahmi pernah lho malem mingguan sama rima, kamu boleh percaya apa gak ma akh,yang jelas aku dengar sendiri dari rima. Dan menurut rima sepertinya fahmi naksir rima,"tutur indah dengan wajah serius. Ku daratkan sebuah pukulan keras ke mejaku. Marah, sedih, kecewa semua berbaur menjadi satu. Kutinggalkan indah yang masih terdiam. Tanpa pikir panjang ku cari sahabatku Esti. "Kamu kenapa Tiw,? Kok nangis" tanya esti panik. "Fahmi pembohong. Dia gak cinta aku, dia cinta Rima, Ti. Ternyata semua cwok sama aja. Playboy! Terus Indah bilang Fahmi pernah malem mingguan berdua sama Rima. Coba kamu bayangin, sakit, Ti, " rintihku pada Esti, "Aku nggak yakin Fahmi ngelakuin hal bodoh semacam itu. Aku kenal dia Tiw. Aku yakin ini cuma cara untuk  misahin kalian." "Nggak. Dia syang Rima, dia cinta Rima," teriakku. Teeeeeet. Semua siswa segera berlari ke kelas masing-masing. Beberapaguru tampak siap menghadapi tugas mereka hari ini. Mau tak mau aku harus masuk kedalam kelas. Dengan langkah gontai dan mata sedikit sembab aku berusaha mencari tempatku. Kini aku tak yakin bisa mengerjakan semua soal itu dalam waktu lima belas menit. Lain halnya dengan Esti yang segera berlari mencari Fahmi setelah ku tinggal pergi. Ia temukan Fahmi sedang bercanda ria dengan teman-temanya. Tanpa pikir panjang, lngsng saja Esti melabrak Fahmi. "Sumpah Ti. Aku nggak ada perasaan khusus ke Rima. Dan aku gak pernah malem mingguan sama Rima. Ini fitnah Ti. Please percaya aku, yang aku sayang cuma Tiwi.
Nggak ada yang lain." "Oke, aku percaya kamu. Tapi kamu harus buktiin ke Tiwi kalau kamu gak salah. Semoga berhasil sob." Dua puluh lima menit sudah berlalu. Hanya 17 soal yang baru aku jawab. Sedang 33 soal lagi tak tau akan ku apakan. Oh tuhan! Aku mulai kacau sekarang. Teeeet. Segera pengawas ujian merebut lembar jawabku. Tak ada yang bisa ku perbuat. Pasrah, terbayang olehku wajah mama yang selalu berharap penuh padaku."maafin Tiwi ma. Tiwi dah ngecewain mama," desisku pelan sambil mengemasi peralatan tulisku. Sesampainya.dirumah, ku dobrak pintu kamarku. Segera kucari handphoneku. Dengan gerakan jari yang lincah, ku tulis sebuah sms untuk Fahmi. Q tanam cinta tak di hargai Q tanam sayang disakiti begitu juga dengan rindu ikut di khianati tidak adakah sedikit  rasa di hatimu untuk membalas semua perasaanku...,? Ku kirim sms itu dengan kekecewaan. Selang beberapa detik, datang sms dari Fahmi. Berbagai penjelasan ia jelaskan padaku. Akan tetapi,aku terlalu percaya pada perkataan indah. Sampai pada puncaknya, ku matikan handphoneku. Berhari-hari aku mengurung diri. Selama itu hidup dalam kepedihan dan kekecewaan. Dan malam itu, 4 september 2010, sekitar jam 10 malam, semua berakhir karna kemunafikan. Tiiiiiiiit....tiiiiiit...tiiiiiit....."Halo." Kudengar jelas suara fahmi diseberang sana. "Hallo." Balasku kaku. "Kenapa?" "Bagaimana hubungan kita lanjut atau tidak,?" Tanyaku langsung to the point."kamu siap menerima keputusanku Tiw,?" "Insyallah" jawabku mantap. "Kurasa, kita cukup saja sampai disini. Maafkan aku Tiw. Ini yang terbaik" kurasakan kedua mataku mulai berkunang mendengar keputusanya. Tidak, aku tidak boleh terdengar lemah olehnya. Sejenak aku terdiam. Tak percaya dengan semua ini."Hallo Tiw,?" Tanyanya memastikan ku baik-baik saja." Ya, tak perlu meminta maaf." "Aku yakin di luaran sana masih banyak cowok yang lebih baik adriku." "Aku tau" terdengar agak kasar menurutku "syukurlah Tiw." "Oke, masalah kita sudah selesai. Aku harus tidur.
Sampai besok malam Fahmi." "Malam." Klik. Berakhir berakhir sudah pembicaaraanku dengan kekasihku. Bukan, mantan kekasih maksudku. Tiba-tiba hujan turun dengan deras, seakan hujan memihak padaku. Aku tak menyangka semua ini akan terjadi. Tiba-tiba sebuah pesan baru masuk ke handphone ku. Ternyata indah. Kubaca sms darinya dengan seksama. Sebelum nya aku minta maaf tiw. Perkataanku tempo lalu hanya rekayasa. Q ngelakuin itu semua demi gilang. Q banyak hutang budi padanya. Sekarang aku ingin kamudan gilang bersatu. Lupakan Fahmi. Ok. Tangisku meledak, ku banting handphone kesayanganku. Aku menyesal .tapi,apa dayaku. Semua telah terjadi dan cintaku telah pergi karna kebodohanku."Maafin aku Fahmi. Maafin aku sayang." Ucapku terbata-bata pada diri sendiri. Ku pungut handphone yang tadinya aku banting. Segera ku pencet nomer yang tak asing lagi bagiku ya,  Esti semoga dia mau membantuku. Tapi semua harapanku kandas, saat ingat kata-kata Esti barusan "kamu bodoh Tiw, bukan nya sudah ku katakan dari awal itu semua hanya cara untuk misahin kalian. Sekarang tanggung sendiri akibatnya. Aku nggak mungkin ngebantu kamu lagi. Aku pastikan gak akan ada cowok sebaik Fahmi, kamu udah nyia-nyiain dia tiw,." Kini aku sendiri. Matahari dan pelangiku telah pergi. Mungkin untuk selamanya. Yang satu pemberi warna untuk hidupku dan yang satu penerang hidupku. Kubenamkan kepalaku kebantal untuk menahan kepedihan ini. Sesaat, aku mulai menyalahkan  tuhan atas kejadian ini. Tuhan tak pernah adil padaku. Kenapa dia mengambil orang-orang yang aku sayang,? Apa kurangku selama ini padanya, "Astagfirullah. Setan apa yang telah merasukiku,?" Batinku pada diri sendiri. Disaat yang sama luka itu kembali terbuka. Menghaburkan semua kenangan kedalam ingatanku. Sungguh indah tak bisa ku pungkiri, aku masih menyayanginya. Tidak, aku harus buang persaan ini, tapi sulit bagiku melakukan nya, tolong aku tuhan! Sekolah kbali memanggil siswanya untuk kembali beraktivitas. Ku rasakan perubahan drastis.
Pada diriku. Aku bukan lagi Tiwi yang selalu bersemangat menghadapi segala tantangan dengan senyuman. Aku adalah Tiwi yang takbersenyum karna luka yang tak berdarah. Aku tak pernah lagi serius dengan pelajaranku. Kini aku lebih sering mengandalkan jimat-jimat saat ujian. Aku juga sering mengerjakan berbagai tugas rumah di sekolah. Waktuku habis untuk merenung dan merenung. Sekarang aku benar-benar hancur. Berantakan. Takkan ada lagi kisah yang bisa ku banggakan karna penyemangatku telah pergi. Mungkin untuk selamanya.*****Ku hapus air mataku. Diluar sana hujan masih turun bersama perasaan yang tak bisa ku jelaskan pada diri sendiri. Ku peluk boneka bear hadiah ualang tahun dari adikku. Aku tersesat dalam terowongan perasaan ini. Gelap dan sunyi. Tertatih-tatih aku bangkit mencari jalan keluar. Sendiri,tanpa matahari tanpa pelangi aku benci ini. Aku harus temukan jalan keluarnya. Tapi dimana,? Kemana aku akan melangkah,? Apakah aku hatus mencuri matahari lain,? Kurasa tidak,aku terlalu mencintainya. Yang kuinginkan hanya dia tapi,apakah dia masih merindukanku,? Aku tak tau. Hanya saja, akutak pernah berhenti berharap agar masa-masa itu kembali ke pangkuanku. Aku hanya bisa menatapnya dunia mimpi dan menatap puas dirinya di dunia nyata dengan segenap cinta di hatiku. Tapi mustahil semua itu ku lakukan. Semua hanya anganku yang berlebihan. Hanya satu pintaku yang maha kuasa. Biarkan rasa ini abadi selamanya. Agarku bisa mengenang dirinya sampai waktu menutup kisahku. Ku pandangi sahabat kecil di depanku. Masih banyak yang belum terisi. Ku gerakan tanganku dengan cepat. Terukir beberapa tulisan kubaca tulisanku dari awal hingga akhir. 2 oktober 2010 Dear diary My love gone with the hurricane. And I know, time is over for me. But, Iam still loving you. My heart never change,just for you. Because, I love you so much. Ku tutup diaryku kurabahkan tubuhku ke pembaringan. Kubiarkan diriku di selimuti keangkuhan malam. Aku pasrahkan semuanya pada sang waktu.
Kurelakan diriku untuk di sambut kepedihan hari esok.

1 Response to "Contoh Cerita Pendek berjudul "Pilihan Hidup""